Oleh
: Ngurah Adnyana, Direktur Operasi Jawa Bali.
Pilkada
Jakarta baru saja usai yang menurut quick count dimenangkan pasangan Jokowi –
Ahok. Banyak analisa dan jawaban yang bisa diberikan terhadap pertanyaan “Apa
yang menyebabkan pasangan Jokowi – Ahok memenangkan Pilkada Jakarta ?”
Pertanyaan
itu saya lemparkan kepada peserta outbond PLN Distribusi Jabar dan Banten
(DJBB), hari Sabtu malam tanggal 22 September 2012 lalu. Outbond diikuti
General Manager (GM), Manajer Bidang (MB), Manajer Area, Manajer Rayon sampai
Supervisor yang berjumlah lebih dari 500 orang pemimpin. Saya sebut pemimpin
karena mereka semua punya anak buah entah dua orang, ratusan sampai ribuan
orang.
Ternyata
jawaban yang diberikan para “pemimpin” DJBB ini sama dengan yang diberikan para
analis politik. Saya tidak tahu apakah jawaban para pemimpin DJBB ini penilaian
murni atau sudah dipengaruhi oleh hasil analisa para analis politik yang gencar
dipublikasikan di media cetak/elektronik. Tapi yang jelas jawabannya sama. Apa
itu ?
Menurut
para “pemimpin” DJBB, kunci utama keberhasilan Jokowi – Ahok dalam Pilkada
Jakarta karena figur Jokowi – Ahok dinilai jujur, bersih, mau turun ke
lapangan, berpihak kepada rakyat kecil, berani mengambil inisiatif yang tidak
populer dengan baju kotak-kotaknya dan banyak alasan lainnya. Memang sih, kalau
sudah menang, mau alasan apa saja pasti cocok. Wong sudah menang kok……!
Tapi
satu hal bisa dijadikan acuan. Masyarakat sekarang membutuhkan figur pemimpin
yang bisa menjadi teladan. Bukan pemimpin katrolan atau pemimpin yang didukung
oleh elit politik semata.
Kunci
kedua kemenangan Jokowi – Ahok adalah dukungan para relawan kelas menengah yang
dengan pengetahuan dan komitmennya, mau berkorban uang dan waktu, membuat lagu
yang diupload ke youtube, mau bekerja tanpa pamrih hanya karena ingin dipimpin
oleh figur pemimpin yang jujur dan bersih untuk perubahan Jakarta menjadi lebih
baik. Para relawan ini dengan dedikasi yang tinggi bisa mengalahkan mesin
politik sejumlah parpol besar yang mendukung Foke – Nara.
Ini
membuktikan semangat, kreativitas dan komitmen anak muda terdidik yang ikhlas,
bisa mengalahkan mesin struktural yang bekerja secara mekanistik.
Lalu
apa hubungannya Pilkada Jakarta dengan PLN ?
Kalau
kemenangan Pilkada Jakarta karena figur dan relawan, saya yakin unit PLN bisa
menang atau berhasil melaksanakan misinya kalau dipimpin oleh figur yang bisa
menjadi teladan dan didukung oleh relawan. Jadi sama saja. Lalu siapa relawan
di PLN ? Siapa relawan internal PLN?
Dalam
perjalanan ke unit-unit entah di Unit Distribusi, Unit Penyaluran, Unit
Pembangkitan maupun Unit Proyek, saya sering bertemu dengan pegawai PLN yang
muda angkatan 2000-an yang mulai berperan. Pada pertemuan-pertemuan di acara
Operation Performance Improvement (OPI) dengan para Regional Coach maupun Unit
Coach, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak muda yang mampu menggerakkan
para seniornya untuk bekerja lebih sistematis dan terkendali. Para finalis dan
pemenang lomba inovasi PLN juga mayoritas dimenangkan oleh anak-anak muda.
Mereka adalah orang-orang muda yang bekerja dengan semangat tinggi, punya
kecerdikan untuk memenangkan perang. Perang melawan ketidakmampuan membangun
PLN kedepan. Merekalah relawan PLN…!
Lalu
pertanyaan yang sering muncul di kepala saya, sudahkah anak-anak muda PLN dengan
potensi besarnya terakomodir pada jalan yang lapang untuk menjadi relawan
pendukung kinerja PLN ?
Beberapa
unit yang saya kunjungi kelihatannya sudah memberi jalan yang lapang untuk
mengembangkan potensi besar anak-anak muda ini. Di unit Proyek maupun di unit
Pembangkitan PLTU 10.000 MW, mayoritas yang berperan adalah anak muda angkatan
2000-an walaupun sebetulnya ini lebih karena tidak ada yang lain. Hanya
Manajernya saja yang sudah berpengalaman, lainnya anak muda.
Caranya
memberi peran kepada anak muda bisa bermacam-macam. Kebanyakan unit memberi
peran sebagai OPI Unit Coach. Ada juga sebagai pengawas lapangan khususnya di
unit-unit Proyek. Lain lagi yang dilakukan di Area Kramat Jati.
Waktu
saya berkunjung diam-diam ke Area Kramat Jati yang lokasinya dekat pasar induk
Kramat Jati – Jakarta Timur tanggal 19 September 2012, saya lihat halaman
depannya sudah rapi. Kemudian saya masuk ke ruang pelayanan pelanggan. Ruangan
pelayanan disini juga bersih. Pada satu ruangan khusus saya diperkenalkan kepada
Duti Manajer (Duty Manager) – seorang anak muda. Dalam pikiran saya muncul
pertanyaan :
“Lho ini Duti Manajernya kok muda amat ?”
Biasanya yang ditugaskan sebagai Duti Manajer adalah pegawai senior yang sudah berpengalaman. Tapi saya diam saja. Setelah keliling ketemu pegawai-pegawai lainnya, belakangan pertanyaan saya itu terjawab.
“Lho ini Duti Manajernya kok muda amat ?”
Biasanya yang ditugaskan sebagai Duti Manajer adalah pegawai senior yang sudah berpengalaman. Tapi saya diam saja. Setelah keliling ketemu pegawai-pegawai lainnya, belakangan pertanyaan saya itu terjawab.
Di
Area Kramat Jati ada anak muda sejumlah 16 orang. Mereka diberi tugas
bergantian sehari menjadi Duti Manajer, tidak peduli apa keahlian dan tugas
sehari-harinya. Duti Manajer itu bertugas melayani pengaduan pelanggan yang
datang ke kantor PLN. Pengaduan itu bisa menanyakan kenapa rekening listriknya
naik, pelanggan yang meminta penjelasan tagihan susulan Penertiban Pemakaian
Tenaga Listrik (P2TL) atau pengaduan lainnya. Kalau sang Duti Manajer – anak
muda ini – tidak mengerti persoalannya, dia tidak boleh melemparkan
penyelesaian pengaduan pelanggan kepada rekan kerjanya yang lain dan tidak
boleh menyuruh pelanggan masuk ke ruangan-ruangan kerja pegawai PLN. Dia
sendiri yang wajib menanyakan kepada teman dan seniornya yang mengerti
persoalan yang diadukan pelanggan. Kemudian menjelaskan sendiri kepada
pelanggan yang tetap menunggu di ruang Duti Manajer.
Dengan tidak bolehnya pelanggan masuk ke ruang kerja pegawai PLN maka ruang kerja pegawai PLN steril dari kunjungan pelanggan, steril dari para calo. Pengaturan ini juga mendukung program membangun integritas di internal PLN.
Dengan tidak bolehnya pelanggan masuk ke ruang kerja pegawai PLN maka ruang kerja pegawai PLN steril dari kunjungan pelanggan, steril dari para calo. Pengaturan ini juga mendukung program membangun integritas di internal PLN.
Penugasan
model ini anak muda secara tidak langsung diberi kesempatan belajar mengenal
permasalahan pelayanan pelanggan, mengetahui proses bisnis PLN, belajar
berkomunikasi dan membangun empati melayani pelanggan, belajar menjadi juru
bicara PLN, kemudian belajar mendengarkan keluhan pelanggan. Kemampuan
“mendengar” ini penting karena banyak pemimpin yang tidak mau mendengar, maunya
didengarkan saja. Knowledge speaking, wisdom listening….kata Jimi Hendrix
pemusik tempo dulu. Dan yang terpenting anak muda ini belajar menjadi pemimpin.
Model
pembinaan anak muda yang dikembangkan Pak Riza Gustam – Manajer Area Kramat
Jati ini merupakan satu contoh bagus dalam membangun relawan. Ada juga Manajer
yang memberi tantangan dan tanggung jawab, ada yang mendukung dengan
mengakomodir dan memfasilitasi kreativitas anak muda. Saya yakin Manajer PLN
Unit punya cara sendiri-sendiri untuk membina dan memberi jalan yang lapang
bagi pengembangan potensi anak muda PLN.
Memberi
kesempatan anak muda untuk berkarya sesuai potensi dan kemampuan maksimalnya
adalah amal suci membangun masa depan PLN yang lebih baik. Ini untuk Manajer
unit yang peduli. Lalu bagaimana nasib anak muda yang Manajer Unitnya tidak
peduli, tidak memberi dan membuatkan jalan lapang bagi anak muda untuk
berkarya?
Untuk
mengatasi kesenjangan inilah, Direksi merencanakan ada program khusus
mengembangkan leadership bagi anak muda potensial di seluruh unit.
Masing-masing Manajer Unit tentu sudah tahu siapa-siapa anak muda yang
potensial menjadi relawan, kemudian menjadi penggerak dan pemimpin PLN kedepan.
Mereka akan diminta mengajukan beberapa orang anak muda potensialnya untuk
mengikuti program ini. Siapa yang diusulkan oleh masing-masing unit tentu
sesuai dengan prestasi masing-masing anak muda selama ini.
Sebetulnya
dalam pelatihan OPI Coach mulai Bootcamp 1 sampai dengan Bootcamp 3, para OPI
Coach sudah diajarkan teori dan praktek melakukan diagnostik masalah, melakukan
Root Cause Problem Solving (RCPS) – menganalisis dan menyelesaikan akar
masalah, kemudian menetapkan rekomendasi tindakan yang perlu dilakukan. Tetapi
mereka belum pernah mengeksekusi rekomendasi tindakan tersebut. Sebagai OPI
Coach tugasnya memang sampai rekomendasi dan kemudian memonitor hasil tindakan
yang dilakukan oleh teman-teman di struktural. Jadi para anak muda yang sudah
menjadi OPI Coach masih perlu diberi latihan mengeksekusi suatu kegiatan,
sekalian berlatih memimpin.
Sebaliknya
anak muda yang di Proyek atau Pembangkitan yang tidak sempat ber-OPI, tentu
belum tahu teori-teori yang diajarkan di Bootcamp OPI. Tetapi mereka mungkin
sudah sering berlatih dan praktek mengeksekusi kegiatan sesuai tuntutan
pekerjaannya. Walaupun belum tentu tahu teori pengambilan keputusan.
Jadi
dengan alasan di atas, Direksi ingin memberi bekal terbaik bagi anak muda PLN
sehingga nantinya diharapkan mereka bisa menjadi relawan dan pemimpin PLN masa
depan.
Karena
baru fase rencana, tentu masukan dari lapangan dari para Manajer atau dari anak
muda PLN sangat diharapkan sesuai kondisinya masing-masing. Semakin banyak
masukan semakin baik kegiatan ini bisa disusun walaupun tidak semua bisa
diakomodir. Masukan ditunggu sampai tanggal 15 Oktober 2012 dan dialamatkan ke
BOD Note.
Selamat
berkontribusi untuk mewujudkan yang muda yang berkarya.
"Persiapan Progam Duty Manajer PT.PLN ( Persero ) APD Bali 2013"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar